05/01/19

Ngaji Bareng Gus Hilmy di Masjid Prayan Wetan Condongcatur: Kalau Tidak Bisa Membuat Senang Orang Lain, Jangan Membuatnya Susah

Gus Hilmy bersama Kepala Desa Condongcatur,
Bpk. Reno Candra Sangaji.
Kamis (20/12), Gus Hilmy menghadiri pengajian rutin Malam Jum’at Kliwon di Masjid Prayan Wetan, Condongcatur, Depok, Sleman. Dalam kesempatan ini, hadir pula Kepala Desa Condongcatur, Bpk. Reno Candra Sangaji, bersama tokoh masyarakat, dan jamaah masjid atau masyarakat sekitar.

Ada beberapa hal penting yang disampaikan oleh Gus Hilmy saat memberikan mauidhah hasanah.

Pertama, Kanjeng Nabi dawuh, “Ro'sul aqli ba'dal iimani attawaddudu ilannas, puncak/inti daripada akal setelah iman itu adalah berbuat kebaikan atau nyenengke kepada manusia." Kehebatan dan kemuliaan manusia itu terletak pada akalnya, karena dengan akalnya manusia bisa berpikir, angen-angen (tafakkur), aku ini yang menciptakan siapa, yang memberikan rezeki siapa, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Dari sini timbul kesadaran bahwa ia penuh kelemahan. Ada kekuatan dan kekuasaan yang mengatur semua, akhirnya sadar untuk tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Inilah orang yang cerdas (berakal). Sebaliknya, orang yang bodoh adalah orang yang tidak mau menggunakan akalnya lalu ia kufur kepada Allah.

Kedua, dihikayatkan nanti pada yaumal qiyamah semua makhluk akan dihisab, tidak terkecuali binatang-binatang. Adapun binatang yang pertama kali diadili adalah kambing. Kambing pun ditanya oleh Allah, “Kambing, apa yang telah kau kontribusikan bagi umat di dunia?” Kambing menjawab, "Alhamdulillah, terima kasih, ya Allah, Kau telah menciptakanku, sehingga aku bisa melayani manusia. Kontribusi saya sudah banyak, maka sungguh saya sangat pantas untuk masuk surga dibandingkan ayam.” Lalu, kambing pun disuruh masuk ke dalam surga.

Gus Hilmy menyampaikan mauidhah hasanah.
Jamaah bapak-bapak khusyuk mendengarkan.
Jamaah anak-anak dan ibu-ibu.
Anak-anak tampak senang mendengarkan hikayat yang disampaikan Gus Hilmy.

Ayam kemudian dipanggil oleh Allah dan ditanya seperti pertanyaan kepada kambing. Ayam pun menjawab, “Alhamdulillah, ya Allah, Kau ciptakanku, kontribusiku meskipun tak sebesar kambing, namun aku telah mengeluarkan telor untuk manusia. Sungguh, aku layak masuk surga, ya Allah, dibandingkan lalat." Lalu, ayam pun masuk ke Surga.

Lalat pun dipanggil dan ditanya seperti sebelumnya. Ia pun menjawab, "Alhamdulillah, terima kasih, ya Allah, telah Kau ciptakanku, kontribusiku bagi dunia adalah sebagai penunjuk tempat-tempat yang kotor. Di samping itu, saya bisa hinggap di semua orang meskipun ia adalah seorang pejabat supaya mereka bisa rumongso. Oleh sebab itu, sungguh saya pun layak masuk surga daripada tinggi." Kemudian, lalat pun disuruh masuk ke dalam surga.

Tinggi (hewan kecil ini biasanya ada di tempat tidur, tikar pandan, kursi rotan, red) kemudian dipanggil. Tinggi pun menjawab pertanyaan dengan ungkapannya, “Alhamdulillah, Kau telah menciptakanku, meskipun aku berada di tempat yang nylempit." Lalu ditanya, "Apa kontribusimu?” Tinggi pun menjawab, "Kontribusiku ketika ada orang yang tertidur lelap lalu berkumandang adzan kok ia tidak bangun-bangun, maka saya gigit orang tersebut supaya ia bangun dan menunaikan shalat. Oleh sebab itu, saya pantas masuk surga dibandingkan anjing.” Tinggi pun masuk ke surga.

Anjing kemudian juga dipanggil untuk menghadap. Anjing ditanya seperti pertanyaan pada hewan yang lain. Anjing pun menjawab, "Meskipun aku najis, ya Allah, kontribusi saya adalah menjaga rumah, menjaga kebun, menjadi penjaga Ashabul Kahfi. Oleh sebab itu, saya layak masuk surga daripada babi." Anjing pun akhirnya masuk surga.

Babi pun dipanggil dan ketika mendapatkan pertanyaan yang sama ia menjawab, "Meskipun aku najis, ya Allah, namun kontribusiku pada kehidupan banyak, struktur saya yang paling mirip dengan manusia. Sesuatu sebelum difungsikan untuk manusia dieksperimenkan dulu pada saya. Oleh karena itu, saya layak masuk surga daripada orang kafir.” Lalu, babi pun masuk surga.

Mengapa orang kafir haram masuk surga? Karena, ia merasa tidak diberi anugerah oleh Allah. Bahkan, pemberian Allah berupa akal pun ia gunakan untuk menentang Allah. Ia lebih hina daripada iblis, karena iblis masih mengakui bahwa Allah sebagai penciptanya. Berbeda dengan orang kafir tidak mengakui Allah yang menciptakannya.

Gus Hilmy bersama Pak Lurah Reno, Kadus Prayan, dan Ust. Qosim.
Gus Hilmy bersama para sahabat dan relawan.
Gus Hilmy bersama Pak Reno dan tamu undangan menikmati hidangan.

Ketiga, di antara tanda tinggi kecerdasan seseorang adalah at-tawaddudu ilannas (menyenangkan orang lain, idkholus surur). Dikisahkan, Almaghfurlah Kyai Badawi, murid simbah KH. Munawwir Krapyak, setiap pagi hari mejadi kusir dokar mengantar orang-orang yang membutuhkannya. Padahal, beliau kyai yang punya santri banyak. Hingga ditanyakan kepada beliau, mengapa masih saja menjadi kusir dokar. Beliau pun menjawab bahwa itu adalah pekerjaannya, sedang mengaji itu adalah pengabdiannya.

Suatu ketika, beliau diundang untuk menghadiri peresmian kolam renang milik orang China. Beliau pun menghadiri undangan tersebut. Betapa senangnya si China yang mengundang. Kemudian, orang China tersebut menyampaikan bahwa beliau boleh mencoba kolam renang dengan membawa pakaian renang. Tidak ingin mengecewakan, Kyai Badawi pun masuk ke ruang ganti dengan tetap memakai celana panjang dan memakai pakaian renang di luar. Betapa beliau tetap ingin menyenangkan orang lain tanpa menabrak ketentuan syar'i, yakni menutup aurat.

Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut, yakni kalau tidak bisa membuat senang orang lain, jangan membuatnya susah atau resah. Kalau tidak bisa memuji orang lain, jangan suka mencela orang lain. Kalau tidak bisa berbuat kebaikan, jangan membuat kerusakan.

Keempat, mari kita biasakan anak-anak ikut pengajian. Bila maghrib anak belum pulang, dicari sampai ketemu. Tanyakan (1) di mana, (2) mengapa, (3), dengan siapa. Akhirnya, semoga kita senantiasa diberi hidayah meneladani orang-orang yang mendapat hidayah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar