02/02/19

Ngaji Bareng Gus Hilmy di Pondok Tetirah Dzikir, Berbah: Mari Kita Rawat Jogja, Agar Tenang dan Damai

Gus Hilmy menyampaikan tentang
pentingnya menjalin silaturahmi.
Senin (28/1), Gus Hilmy menghadiri pengajian dan dzikir yang diadakan di Pondok Tetirah Dzikir (Zawiyah TQN Suryalaya), yang berada di Berbah, Sleman. Pondok Tetirah Dzikir diasuh oleh Bpk. KH. Muhammad Trihardono.

Pondok ini menangani puluhan santri yang bermasalah secara kejiwaan, baik karena penyalahgunaan narkoba, konflik keluarga, skizofrenia, maupun orang yang kalangan umum menyebutnya gila, dan terbuang di jalanan. Mereka direhabilitasi dengan pendekatan-pendekatan yang memanusiakan, dibimbing jiwanya untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala.

Dalam kesempatan pengajian yang juga dihadiri oleh masyarakat sekitar ini, Gus Hilmy mengapresiasi KH. Muhammad Trihardono yang dengan sabar menangani pasien-pasien narkoba dan gangguan jiwa. Tidak semua kyai bisa berperan seperti itu. Oleh karenanya, pemerintah dan masyarakat wajib untuk nyengkuyung keberadaan pondok rehabilitasi seperti ini.

Kyai Alwi dan Kang Muhaimin, menunggu kedatangan Gus Hilmy di angkringan pinggir jalan
sebelum memasuki Pondok Tetirah Dzikir.
Jamaah bapak-bapak menyimak isi pengajian.
Didominasi warna hijau, ngaji terasa damai di sini.

Karena dalam sambutan sebelumnya, Bpk. Agus menyampaikan tentang pentingnya toleransi, hubungan yang harus dijaga antara umat Islam, juga menyebut Pak AR Fakhruddin (pimpinan Muhammadiyah), lalu Gus Hilmy bercerita tentang Simbah Ali Maksum yang memang sangat akrab dengan Pak AR Fakhrudin. Saat Simbah Ali gerah, Pak AR juga datang menjenguk.

Mbah Ali Maksum sangat menginginkan persatuan di kalangan umat Islam. Kuncinya adalah silaturahmi. Maka, Mbah Ali sangat terkenal banyak bersilaturahmi dan akrab dengan siapa saja.

Gus Hilmy berkisah sering diajak ngaji oleh Mbah Ali ke mana-mana dan diberi tugas untuk membawakan tas beliau. Dalam pengajian maupun pembicaraan, menurut Gus Hilmy, Mbah Ali Maksum tidak pernah menjelek-jelekkan tokoh lain.

Jamaah dengan antusias mendengarkan cerita tentang Mbah Ali Maksum
yang disampaikan oleh Gus Hilmy.
KH. Muhammad Trihardono memberikan mukaddimah,
sebelum memimpin dzikir.
Pondok Tetirah Dzikir, di malam yang bercahaya.
Mengaji dan berdzikir, betapa hati bertambah bahagia.

Mbah Ali adalah seorang pribadi yang moderat. Akrab dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah, seperti keluarga Pak Muqoddas dan putra-putranya. Jalinan itu tetap dijaga sampai kini, khususnya pas syawal, Gus Hilmy juga sowan.

Gus Hilmy juga menceritakan bahwa Mbah Ali pernah diberi beasiswa oleh Pak Junaid Kauman untuk ke Hijaz (Makkah). Hal ini menunjukkan pentingnya saling hormat-menghormati, kasih-mengasihi di antara sesama umat Islam.

Waktu Mbah Ali sedo tahun 1989, saat itu Gus Hilmy sudah kelas 3 Aliyah.

Jamaah ibu-ibu yang berada di teras selatan.
Jamaah bapak-bapak yang berada di teras barat.
Bersalam-salaman seusai pengajian.

Oleh karena itu, betapa penting menjaga kerukunan itu. Gus Hilmy lalu mengutip sebuah syair, “Ketenangan adalah modal utama dan meninggalkannya adalah kerugian yang nyata.” Maka, mari kita rawat Jogja, agar kita bersama dapat tinggal di kota ini dengan tenang dan damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar