KH. Mas'ud Masduqi dan Gus Hilmy. |
Majelis Haul Al-Maghfurlahum KH. Siroj Mursyid ke-54, Kyai Muhammad Harisuddin Hasyim ke-56, dan Nyai Siti Munjiyyah Muhammad ke-12, yang diadakan di Halaman Masjid Jami’ PP. Ar-Robithoh, Krapyak, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, pada 28 Oktober 2018 kemarin, dihadiri oleh banyak sekali jamaah dan para kyai. Gus Hilmy juga hadir di acara ini.
KH. Mas’ud Masduqi, dalam sambutannya sebagai tuan rumah menyampaikan banyak terima kasih atas kehadiran seluruh jamaah. Dalam sambutannya, Rois Syuriah PWNU DIY ini juga menyampaikan dukungannya kepada Gus Hilmy sebagai calon DPD RI dari DIY. Apa yang dilakukannya ini merupakan ikroman wa ta'dhiman kepada Gus Hilmy karena Gus Hilmy putra gurunya, yakni KH. Hasbullah; cucu gurunya, yakni KH. Ali Maksum; buyut gurunya, yakni KH. Maksum Lasem. Jadi, tidak mungkin mengusung Gus Hilmy karena uang, sedikitpun, tegasnya.
Setelah sambutan, jamaah bersama-sama khusyuk dalam lantunan tahlil dan doa yang dipimpin oleh KH. R. Najib Abdul Qodir dari PP. Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta.
Habib Umar Muthohar, Gus Hilmy, KH. Agus Rury, KH. Mas'ud Masduqi, dan Kyai Muhammad Na'im. |
KH. R. Najib Abdul Qodir dan Habib Umar Muthohar. |
Habib Umar Muthohar dari Semarang
Seperti biasanya, Habib Umar Muthohar tampil dengan memukau sekaligus menyegarkan di hadapan jamaah dalam setiap pengajiannya. Demikian pula dalam majelis haul di PP. Ar-Robithoh, Krapyak Lor ini.
Habib Umar Muthohar menyampaikan bahwa di kalangan santri tidak mengenal istilah “penghormatan terakhir”. Seseorang itu ketika hidup ya dihormati, setelah wafat ya tetap dihormati. NU itu artinya Nahdlatul Ulama. Dalam tugasnya, NU itu Nuntun Umat. Dalam bidang garapannya, yang digarap NU tidak hanya yang hidup, yang sudah meninggal pun tetap digarap. Maka, NU juga bermakna Nahlilake Uwong atau kirim doa kepada orang yang sudah meninggal dunia.
Apalagi haul para kyai, masyayikh, ulama yang jasanya sangat besar. Tanpa mereka tidak mungkin kita mengenal Allah Swt. Lalu, bila ada yang bertanya, demikian Habib Umar Muthohar menyampaikan, para kyai, masyayikh, itu pahalanya kan sudah banyak, mengapa kok masih didoakan?
Habib Umar Muthohar dari Semarang. |
KH. Roikhan Zainal Arifin, H. Ponijo, dan Gus Hilmy. |
Habib Umar mengibaratkan doa itu seperti uang. Siapa saja membutuhkan uang. Meski sudah kaya ya tetap mau uang. Demikian para ulama, meskipun sudah banyak pahalanya ya tetap senang didoakan. Lagi pula, mendoakan para ulama itu diibaratkan mengisi wadah air yang sudah penuh. Tentu saja nanti akan luber. Nah, luberannya itu bermanfaat kembali kepada kita yang mendoakan.
Banyak sekali hal penting dan bermanfaat yang disampaikan oleh Habib Umar Muthohar. Intinya, agar umat ini selamat dan bahagia, di dunia dan akhirat. Juga untuk bangsa dan negara ini, semoga senantiasa dilindungi dan dirahmati oleh Allah Swt. Aamiin…
Videonya ada g bang
BalasHapusMonggo ada di youtube, silakan ketik Pengajian Habib Umar Muthohar, Krapyak Wedomartani.
Hapus